Berita

Vegan Leather Sebagai Inovasi Tren Fashion Berkelanjutan

Kulit (genuine leather) adalah salah satu bahan yang sangat digemari dan tak lekang oleh zaman di industri fashion. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan hewan, munculah bahan kulit dengan sistem berkelanjutan seperti vegan leather. Di Indonesia, khususnya Garut merupakan salah satu produsen kulit terbesar di dunia yang memiliki peran penting dalam mengubah paradigma ini. Hal ini tidak hanya menciptakan dampak positif pada lokal melainkan juga di pasar global seperti Italia.

Vegan leather atau kulit vegan adalah bahan yang terbuat dari produk limbah pertanian dan biomaterial berkelanjutan. Ini merupakan alternatif pengganti kulit hewan seperti sapi dan dibuat tanpa menggunakan produk hewani apapun. Selain itu, vegan leather merupakan bahan yang ramah lingkungan, dapat terurai secara hayati, dan bebas dari kekejaman hewan. Beberapa bahan yang paling umum digunakan untuk memproduksi vegan leather adalah kaktus, kombucha, jamur, nanas, selulosa bakteri dan sebagainya. Dalam upaya merevolusi industri fashion, terdapat dua entitas inovatif yang telah muncul sebagai pionir dalam bidang produksi vegan leather yaitu Bell Society dan Mycotech Lab.

Mycotech Lab merupakan sebuah start up yang membuat material komposit serta kulit yang ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan material yang dibuat merupakan produk daur ulang limbah pertanian yang mengandung selulosa seperti serbuk kayu, tandan kosong, kelapa sawit, ampas serat tebu, dan sebagainya. Produknya pun menggunakan perekat alami dari miselium jamur dan menggunakan pewarna alami yang diekstraksi dari akar, daun, dan sisa makanan. Saat ini, Mycotech memiliki 3 jenis produk yaitu Biobo (Bio Binderless Board) sebagai decorative panel untuk elemen dinding interior, mylea sebagai material kulit yang dijadikan sepatu, dompet, tas, jam, tangan, dan produk modis lainnya dan MYCL Composite cocok sebagai bahan furnitur, benda dekoratif, dan instalasi.

Sementara, Bell Society (PT. Kurva Lonceng Khatulistiwa) juga mengembangkan dan memproduksi kulit biomaterial dengan mengubah limbah kopi, sekam, dan ampas kopi. Terdapat 3 jenis vegan leather yang diproduksi oleh Bell Society yaitu M-Tex yang dibuat dari limbah kulit kopi, C-Foam yang terbuat dari coffee silverskin, dan C-Flex yang terbuat dari ampas kopi bekas. Bell Society memperoleh kopi dan sampah organik dari kafe, restoran, dan langsung dari koperasi petani kopi. Selain itu, dari semua jenis vegan leather yang diproduksi tersebut diolah menjadi dompet, card holder, sepatu, tas, dan sebagainya.

Adanya Bell Society dan Mycotech Lab mewakili evolusi positif dalam industri kulit khususnya vegan leather. Indonesia, dengan warisannya sebagai produsen kulit terkemuka, berada di garis terdepan dalam mengarahkan industri ini menuju praktik yang lebih ramah lingkungan. Italia yang dikenal sebagai salah satu negara yang identik dengan produk fesyen dari olahan kulit, nantinya diharapkan dapat adanya kerjasama yang intens, sehingga dapat memberikan peluang besar untuk menghadirkan kulit berkelanjutan dalam dunia mode mewah global.

Dengan terus menerapkan inovasi dan berkomitmen pada keberlanjutan, Indonesia dapat menjadi model untuk industri kulit berkelanjutan di masa depan serta menempatkan Italia sebagai mercusuar fashion etis dan progresif.

Informasi lebih lanjut dapat mengunjungi https://itpcmilan.it/

Sumber

https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-to-know-about-vegan-leather

Mycotech Startup Peduli Lingkungan, Menyulap Limbah Petanian Menjadi Bahan Bangunan dengan Miselium Jamur

https://jabarprov.go.id/berita/kabupaten-garut-wakili-indonesia-di-ajang-industri-mode-dan-desain-kulit-bergengsi-di-ita-6910

https://dailysocial.id/post/angin-ninja-jica-2022-akselerator

https://bellsociety.id/

https://mycl.bio/

https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-to-know-about-vegan-leather

Mycotech: The Indonesian Startup Making Mushroom Leather Inspired By Tempeh